Jumat, 23 April 2010

ISLAM, PEMUDA, DAN PERUBAHAN SOSIAL

ISLAM, PEMUDA, DAN PERUBAHAN SOSIAL
Disusun untuk melengkapi
syarat DM (Dauroh Marhalah) KAMMI
24 April 2010 oleh:

TEDI CAHYONO
Pendidikan Bahasa Inggris
FKIP - UNIB

A.PENDAHULUAN
“ Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya dan kesiapan beramal dan berkorban untuk mewujudkannya. Keempat rukun ini – iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keihlasan adalah hati yang bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda” ( Hasan Al Banna ).

B. PEMUDA DAN PERUBAHAN SOSIAL
Pemuda dalam setiap zaman selalu mereformasi dan mengawal perubahan baik secara revolusioner maupun evolusioner. Sebagai generasi yang menjadi “agen of sosial control” masyarakat menaruh harapan besar pada mereka. Dengan idealisme, kematangan intelektual dan rasa semangat yang membara telah mengantarkan pemuda sebagai garda terdepan perubahan. Sejarah pun telah mencatat warna emas dalam gerakan yang diprakarsai pemuda. Sukarni, Soekarno dan Hatta adalah contoh bagaimana kemerdekaan dibayar dengan pikiran, waktu dan usaha para pemuda. Meski besar dalam pemikiran dunia barat tidak menjadikan nasionalisme mereka luntur. Belum lepas pula dalam ingatan kita bagaimana darah Arief Rahman Hakim menjadi awal kemenangan gerakan mahasiswa 1966. Meski diwarnai kontroversi karena dianggap ditunggai pihak lain tak menjadikan alasan bagi kita untuk tak menghargai perjuangan mereka. Secara nyata Orde Lama yang dipelopori Soekarno juga tumbang oleh pemuda. Naiknya Orde Baru yang dipimpin Soeharto Tidak menjadikan sikap kritis dan peka atas penderitaan rakyat hilang. Bahkan ketika krisis moneter muncul ke permukaan akibat KKN Soeharto dan para kroninya telah membawa sebuah akhir yang tragis dengan diturunkan paksa oleh mahasiswa dan rakyat dengan Sidang Istimewa MPR 1998.
Ada yang menarik dalam mencermati ucapan seorang tokoh pemuda. Begini kira – kira ucapannya ” kawan negara ini tidak akan pernah maju kalau dipimpin aktivis muda. Mereka hanya idealis saat masih menjadi mahasiswa dan akan merusak idealisme saat sudah sukses apalagi jika sudah sukses bermain dalam ruang politik.” Ungkapan subyektif yang terkesan arogan itu telah menjadi tantangan untuk dapat dijawab. Tak dipungkiri memang bagaimana idealisme telah luntur ketika seorang aktivis muda telah menyentuh jalur politik. Itu amat tampak ketika kita memotret gerakan mahasiswa 1966. Betapa suara vokal para aktivisnya yang bertekad menurunkan Soekarno menjadi bumerang. Ada sebagian pengkhianat yang justru menurunkan kredibilitas gerakan ini dengan ikut meneruskan tradisi Orde Lama. Mereka yang berteriak lantang menolak korupsi justru kaya dan hidup mewah dengan KKN bersama para kroninya. Pasca suksesi Soekarno para aktivis muda ini naik menggantikannya dan dengan bebas memakan uang rakyat. Sulitnya hukum pun tak mampu merambah mereka dan hanya mampu menjerat pejabat di bawahnya. Ucapan vokal yang dulu pernah diteriakkan bagaikan senjata makan tuan yang telah mereka jilat sendiri. Benarkah begitu ??? Apa yang salah dengan PEMUDA ???
Mari kita mencoba membidik kembali realita di atas. Setelah menemukan akar permasalahan maka sudah saatnya kita mengevaluasi kenyataan yang terjadi. Musthofa Muhammad Thaban menjelaskan tentang kekuatan pemuda :
1. Sektor pembebasan dan kemerdekaan
Seorang pemuda adalah pribadi yang dibekali dengan tekad, keberanian, kesabaran dan kreatifitas yang tinggi. Ketika umat Islam terbelenggu dalam kebodohan maka tugas mereka untuk ikut memantu mencerdaskan umat. Sebab sesungguhnya jihad yang kita jalani saat ini tidak terletak pada peperangan tapi pada hawa nafsu dan kebodohan. Sudah saatnya kebodohan masyarakat menjadi salah satu elemen utama dalam agenda perubahan. Kebodohan yang melahirkan kemiskinan telah jadi penyakit kronis yang memenjarakan bangsa dan umat ini. Pendidikan sebagai sarana pencerdasan intelektual bangsa harus semakin ditingkatkan. Akses pendidikan yang terjajah dapat diatasi dengan memperluas ruang untuk mengakses pendidikan itu sendiri tanpa adanya diskriminasi. Pemanfaatan pendidikan alternatif semakin digalakkan dan didukung sebagai sarana mencegah kemandegan di pendidikan formal .Kegagalan pendidikan formal harus dikaji kembali baik dari sistem, teori maupun teknis di lapangan agar kebodohan dapat semakin berkurang. Sikap kritis yang ditunjukkan pemuda terhadap berbagai kebijakan yang merugikan rakyat terutama di bidang pendidikan harus diserta pula dengan bukti riil sehingga pemuda tidak hanya “part of problem” yang menyodorkan masalah tapi juga “ part of solution” yang mampu menampilkan solusi dan terlibat aktif dalam aksi.
2. Sektor pemikiran dan pembentukannya
Pemuda adalah unsur kokoh yang mampu belajar, bekerja keras, menguasai dan menghasilkan pemikiran serta pembaruan. Pemikiran yang logis membawa pemuda dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Independensi yang kuat telah membuat kepentingan pribadi penguasa tidak mampu mengintervensi kehidupan mereka. Pemuda dibebaskan dari beban sejarah dan kepentingan para elit politik sehingga berhasil menempatkan posisi yang terbaik dalam mengusung isu yang berafiliasi dengan rakyat.

Di masa muda kematangan pribadi dan kedewasaan mental terbentuk sehingga ketika harus terjun ke masyarakat maka ia telah siap. Rakyat telah siap menunggu generasi yang kuat dalam fisik dan pemikiran juga soleh dalam akhlak dan kepribadian Islam. Pemuda bagaikan sebuah ranting yang segar yang terus menggali pemikiran dalam sebuah sistem yang ada dan kemudian mentransformasikan pemikiran itu kepad orang lain. Bahkan dengan jiwa yang kreatif ide yang ada dapat dimodifikasi menjadi konsep baru yang terus dikembangkan
3. Sektor Iman dan Amal
Sebuah pergerakan pemuda Islam tidak akan berhasil tanpa ada iman yang menyelimuti hati para aktivisnya. Dengan ideologis yang dianutnya ia harus mempunyai bekal kekuatan ruhiyah agar tidak terseret arus yang ada. Iman diam dan amati akan kehilangan harga diri dan sentuhannya bahakan mengaburkan ide besar yang diusungnya. Sebaliknya ketika keimanan telah tertanam maka akan muncul energi besar yag telah lama tersimpan. Gerakan pembinaan umat dalam jalur tarbiyah menjadi bagian dari target untuk membangun keimanan para aktivis Islam. Ketika konstruksi kerja struktural yang mengacu pada proker menjadi prioritas dan melupakan unsur pembinaan keimanan maka tunggulah saatnya kehancuran pergerakan tersebut.Sebagai sebuah fondasi dasar iman adalah kekuatan menuju sebuah medan amal dalam tataran aplikatif di lapangan.
4. Sektor Perubahan
Pemuda dikenal sebagai “agen of change” dalam masyarakat baik dari tataran kultural maupun struktural. Dari sturuktural mereka adalah sosok yang akan menggantikan generasi tua yang sedang berkuasa. Bangsa yang besar ini amat membutuhkan tenaga mereka untuk mengisi pos struktural di pemerintahan dan sektor ruang publik lainnya.Dalam konteks ideologis, izzah Islam berada di tangan para pemuda pemikul peradaban yang siap membela Islam. Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah kondisi jiwa mereka. Sedangkan pemuda memiliki kekuatan jiwa yang besar dalam mempelpori perubahan.

C.SAATNYA PEMUDA BERGERAK
Tak ada kata yang pantas untuk membuat sebuiah perubahan selain BERGERAK !!!
totalitas dalam perjuangan akan menjadi bukti kesungguhan pemuda dalam mencapai tujuannya. Sebab tidak ada yang menyangka ketika gerakan pemuda yang direpresentasikan oleh mahasiswa 1998 menyerbu gedung DPR/MPR berhasil menurunkan Soeharto. Diawali krisis ekonomi pada tahun 1997 telah turut membuat gerah rakyat yang telah lama berkutat dengan kemiskinan dan kebodohan. Situasi politik dan ekonomi yang memanas telah menjadi permainan kalangan penguasa. Soeharto yang dikatator menolak diturunkan karena ia merasa masih sanggup mengendalikan keadaan ekonomi. Namun masayarakat dan mahasiswa sudah tidak percaya lagi dengan janji muluk Soeharto. Mahasiswa menggelar beragam aksi hampir setiap hari, meski belum adanya “coomon enemy”. Isu yang diusung masih cenderung memikirkan egoisme kelompok. Kesadaran untuk menyatukan perjuangan mulai tercepai ketika adanya kesamaan antara elemen rakyat dan mahasiswa untuk menggusur Soeharto. Itu mencapai puncaknya ketika Soeharto berhasil digulingkan tepat pada tanggal 21 Mei 1998. Meski berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan rencana kotor membnetuk kabinet reformasi, namum ide itu gagal mendapatkan dukungan yang luas. Benarlah apa yang dikatakan oleh Imam Syahid Hasan Al Banna, pendiri Ikhwanul uslimin telah menulis ungkapan yang bergitu indah tentang sosok pemuda.”Generasi muda pada setiap bangsa merupakan tiang kebangkitam, pada setiap kebangkitan mereka adalah rahasianya, dan pada setiap gagasan , mereka adalah pembawa benderanya” .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar